Kamis, 21 Februari 2013

BAHAYA NARKOBA BAGI GENERASI MERAH PUTIH


A.  Pengertian NAPZA
Menurut WHO (1982), semua zat padat, cair maupun gas yang dimasukan kedalam tubuh yang dapat merubah fungsi dan struktur tubuh secara fisik maupun psikis tidak termasuk makanan, air dan oksigen dimana dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal
Disini akan kami jelaskan tentang jenis-jenis narkoba, yaitu diantaranya adalah :
·         Narkotika adalah Zat / obat yang berasal dari tanaman atau sintetis maupun semi sintetis yang dapat menurunkan kesadaran, hilangnya rasa , mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan
·         Psikotropika Zat/obat alamiah atau sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku
·         Zat adiktif adalah Bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang pengunaannya dapat menimbulkan ketergantungan baik psikologis atau fisik. Mis : Alkohol , rokok, cofein  

B.  Bahaya Narkoba Bagi pelajar
Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini kian meningkat Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan.Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Kalau dirata- ratakan, usia sasaran narkoba ini adalah usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bahaya narkoba sewaktu- waktu dapat mengincar anak didik kita kapan saja.
Sementara nafza merupakan singkatan dari narkotika, alkohol, dan zat adiktif lainnya (obat-obat terlarang, berbahaya yang mengakibatkan seseorang mempunyai ketergantungan terhadap obat-obat tersebut). Kedua istilah tersebut sering digunakan untuk istilah yang sama, meskipun istilah nafza lebih luas lingkupnya.
Narkotika berasal dari tiga jenis tanaman, yaitu (1) candu, (2) ganja, dan (3) koka. Ketergantungan obat dapat diartikan sebagai keadaan yang mendorong seseorang untuk mengonsumsi obat-obat terlarang secara berulang-ulang atau berkesinambungan.
Apabila tidak melakukannya dia merasa ketagihan (sakau) yang mengakibatkan perasaan tidak nyaman bahkan perasaan sakit yang sangat pada tubuh (Yusuf, 2004: 34). Di Indonesia, pencandu narkoba ini perkembangannya semakin pesat. Para pencandu narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar. 

C.  Dampak Negative Penggunaan Narkoba bagi para pelajar
• Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian,
• Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran,
• Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah,
• Sering menguap, mengantuk, dan malas,
• Tidak memedulikan kesehatan diri,
• Suka mencuri untuk membeli narkoba

D.  Upaya pencegahan penggunaan narkobah
Upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba di kalangan pelajar, sudah seyogianya menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini semua pihak termasuk orang tua, guru, dan masyarakat harus turut berperan aktif dalam mewaspadai ancaman narkoba terhadap anak-anak kita.
Adapun upaya-upaya yang lebih kongkret yang dapat kita lakukan adalah melakukan kerja sama dengan pihak yang berwenang untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba, atau mungkin mengadakan razia mendadak secara rutin.
Kemudian pendampingan dari orang tua siswa itu sendiri dengan memberikan perhatian dan kasih sayang. Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik anak didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi) narkoba sering terjadi di sekitar lingkungan sekolah.
Yang tak kalah penting adalah, pendidikan moral dan keagamaan harus lebih ditekankan kepada siswa. Karena salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak ke dalam lingkaran setan ini adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap, sehingga perbuatan tercela seperti ini pun, akhirnya mereka jalani.
Oleh sebab itu, mulai saat ini, kita selaku pendidik, pengajar, dan sebagai orang tua, harus sigap dan waspada, akan bahaya narkoba yang sewaktu-waktu dapat menjerat anak-anak kita sendiri. Dengan berbagai upaya tersebut di atas, mari kita jaga dan awasi anak didik kita, dari bahaya narkoba tersebut, sehingga harapan kita untuk menelurkan generasi yang cerdas dan tangguh di masa yang akan ating dapat terealisasikan dengan baik.

Jumat, 14 Desember 2012

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BIOLOGI


A. Konsep Dasar Model-Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, 1992). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarah kepada desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.” Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Joyce & Weil (1992) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk mernbentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan pendidikan.
Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·        Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.
·        Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. Misalnya model berfikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berfikir induktif.
·        Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas. Misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.
·        Memiliki bagian-bagian model dalam pelaksanaan, yaitu: (1) urutan langkah-langkah pembelajaran(syntax), (2) adanya prinsip-prinsip reaksi, (3) sistem sosial, dan (4) sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.
·        Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: (1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur dan (2) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
·        Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedomaan model pembelajaran yang dipilihnya
Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, teori-teori psikologis, sosiologis, psikiatri, analisis sistem, atau teori-teori lain (Joyce & Weil, 1992), Lebih lanjut Joyce & Weil mempelajari model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran; 1. model interaksi sosial, 2. model pemrosesan informasi, 3. model personal (personal models), dan 4. model modifikasi tingkah laku (behavioral)
B. Model Interaksi Sosial
Model interaksi sosial menekankan pada hubungan personal dan sosial kemasyarakatan diantara peserta didik. Model tersebut berfokus pada peningkatan kemampuan peserta didik. untuk berhubungandengan orang lain, terlibat dalam proses-proses yang demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat. Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field-theory). Model interaksi sosial menitikberatkan pada hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life to gether).
Teori pembelajaran Gestalt dirintis oleh Max Wertheimer (1912) bersama dengan Kurt Koffka dan W. Kohler. Mereka mengadakan eksperimen mengenai pengamatan visual dengan fenomena fisik. Percobaannya yang dilakukan memproyeksikan titik-titik cahaya (keseluruhan lebih penting dari pada bagian). Pokok pandangan Gestalt adalah objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Makna suatu objek/peristiwa adalah terletak pada keseluruhan bentuk (Gestalt) dan bukan bagian-bagiannya. Pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh bukan bagian-bagian.
Aplikasi teori Gestalt dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.
·        Pengalaman insight. Dalam proses pembelajaran peserta didik hendaknya memiliki kemampuan insight yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek. Guru hendaknya mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dengan insight.
·        Pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu objek akan menunjang pembentukan pemahaman dalam proses pembelajaran. Content yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas baik bagi dirinya maupun bagi kehidupannya di masa yang akan datang.
·        Perilaku bertujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan. Perilaku di samping ada kaitan dengan SR-bond, juga terkait erat dengan tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran terjadi karena peserta didik memiliki harapan tertentu. Oleh sebab itu, pembelajaran akan berhasil bila peserta didik mengetahui tujuan yang akan dicapai.
·        Prinsip ruang hidup (Life space). Prinsip ini dikembangkan oleh Kurt Lewin (teori medan field theory). Prinsip ini menyatakan bahwa perilaku peserta didik terkait dengan lingkungan/medan tempat ia berada. Materi yang disampaikan hendaknya memiliki kaitan dengan situasi lingkungan tempat peserta didik berada (CTL).
Model interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut.
·        Kerja Kelompok bertujuan mengembangkan keterampilan berperan serta dalam proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal dan discovery skill dalam bidang akademik.
·        Pertemuan kelas bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai diri sendiri dan rasa tanggungjawab baik terhadap diri sendiri maupun terhadap kelompok.
·        Pemecahan masalah sosial atau Inquiry Social bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan cara berpikir logis.
·        Model laboratorium bertujuan untuk mengembangkan kesadaran pribadi dan keluwesan dalam kelompok.
·        Bermain peran bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan.
·        Simulasi sosial bertujuan untuk membantu peserta didik mengalami berbagai kenyataan sosial serta menguji reaksi mereka.
C. Model Pemrosesan Informasi
Model pemrosesan informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan, dan pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik. Model ini didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual.
Teori pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi-kondisi eksternal (rangsangan dari lingkungan). Interaksi antar keduanya akan menghasilkan hasil belajar. Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang terdiri dari: (1) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan motorik.
Robert M. Gagne mengemukakan ada delapan fase proses pembelajaran. Kedelapan fase itu sebagai berikut.
·        Motivasi yaitu fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tententu (motivasi intrinsik dan ekstrinsik).
·        Pemahaman yaitu individu menerima dan memahami Informasi yang diperoleh dari pembelajaran. Pemahaman didapat melalui perhatian.
·        Pemerolehan yaitu individu memberikan makna/mempersepsi segala Informasi yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori peserta didik.
·        Penahanan yaitu menahan informasi/hasil belajar agar dapat digunakan untuk jangka panjang. Hal ini merupakan proses mengingat jangka panjang.
·        Ingatan kembali yaitu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan, bila ada rangsangan
·        Generalisasi yaitu menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu.
·         Perlakuan yaitu perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran
·        Umpan balik yaitu individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah dilakukannya.
Ada sembilan langkah yang harus diperhatikan guru di kelas dalam kaitannya dengan pembelajaran pemrosesan informasi.
·        Melakukan tindakan untuk menarik perhatian peserta didik
·        Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas
·        Merangsang peserta didik untuk memulai aktivitas pembelajaran
·        Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah dirancang
·        Memberikan bimbingan bagi aktivitas peserta didik dalam pembelajaran
·        Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran
·        Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan peserta didik
·        Melaksanakan penilaian proses dan hasil
·        Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya
Model Proses Informasi meliputi beberapa pendekatan/strategi pembelajaran di antaranya sebagai berikut.
·        Mengajar induktif, yaitu untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan membentuk teori
·        Latihan inquiry, yaitu untuk mencari dan menemukan informasi yang memang diperlukan
·        Inquiry keilmuan, yaitu bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitian dalam disiplin ilmu, diharapkan dapat memperoleh pengalaman dalam domain-domain disiplin ilmu lainnya.
·        Pembentukan konsep, yaitu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir individu mengembangkan konsep dan kemampuan analisis.
·        Model pengembangan, bertujuan untuk mengembangkan intelegensi umum, terutama berfikir logis, aspek sosial dan moral.
·        Advanced Organizer Model yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memproses informasi yang efesien untuk menyerap dan menghubungkan satuan ilmu pengetahuan secara bermakna
Implikasi teori belajar kognitif (Piaget) dalam pembelajaran diantaranya seperti di bawah ini.
1.    Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru hendaknya menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. Anak akan dapat belajar dengan baik apabila ia mampu menghadapi lingkungan dengan baik.
2.   Guru harus dapat membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan belajar sebaik mungkin (fasilitator, ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani).
3.   Bahan yang harus dipelajari hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing dan berilah peluang kepada anak untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya.
4.   Di kelas, berikan kesempatan pada anak untuk dapat bersosialisi dan berdiskusi sebanyak mungkin.
D. Model Personal (Personal Models)
Model personal menekankan pada pengembangan konsep diri setiap individu. Hal ini meliputi pengembangan proses individu dan membangun serta mengorganisasikan dirinya sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistis untuk membantu membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingungannya.
Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi pada pengembangan individu. Perhatian utamanya pada emosional peserta didik dalam mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi peserta didik mampu membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif. Tokoh humanistik adalah Abraham Maslow (1962), R. Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta didik merasa bebas dalam belajar mengembangkan dirin baik emosional maupun intelektual. Teori humanistik timbul sebagai cara untuk memanusiakan manusia. Pada teori humanistik ini, pendidik seharusnya berperan sebagai pendorong bukan menahan sensivitas peserta didik terhadap perasaanya. Implikasi teori ini dalam pendidikan adalah sebagai berikut.
1.    Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan.
2.   Tingkahlaku yang ada dapat dilaksanakan sekarang (learning to do).
3.   Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri.
4.   Sebagian besar tingkahlaku individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri.
5.   Mengajar adalah bukan hal penting, tapi belajar bagi peserta didik adalah sangat penting.
6.   Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang produktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap.
Model pembelajaran personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut:
1.    Pembelajaran non-direktif, yaitu bertujuan untuk membentuk kemampuan dan perkemban pribadi (kesadaran diri, pemahaman, dan konsep diri).
2.   Latihan kesadaran, yaitu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan interpersonal atau kepada peserta didik.
3.   Sinetik, yaitu untuk mengembangkan kreativitas pribadi dan memecahkan masalah secara kreatif
4.   Sistem konseptual, yaitu untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes.
E. Model Modifikasi Tingkah Laku (Behavioral)
Model behavioral menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari peserta ddik sehingga konsisten dengan konsep dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus-respon. Model behaviorial menekankan bahwa tugas-tugas harus diberikan dalam suatu rangkaian yang kecil, berurutan dan mengandung perilaku tertentu.
Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perlilaku yang tidak dapat diamanti karakteristik model ini adalah penjabaran tugas¬-tugas yang harus dipelajari peserta didik lebih efisien dan berurutan.
Ada empat fase dalam model modifikasi tingkah laku ini, yaitu:
1. fase mesin pengajaran.
2. penggunaan media.
3. pengajaran berprogram (linier dan branching)
4. operant conditioning, dan operant reinforcement.
Implementasi dari model modifikasi tingkah laku ini adalah meningkatkan ketelitian pengucapan pada anak. Guru selalu perhatian terhadap tingkah laku belajar peserta didik. Modifikasi tingkah laku anak yang kemampuan belajarnya rendah dengan reward, sebagai reinforcement pendukung. Penerapan prinsip pembelajaran individual dalam pembelajaran klasikal.
F. KESIMPULAN
1.    Model pembelajaran adalah: “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar
2.   Model pemrosesan informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan, dan pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik.
3.   Model personal menekankan pada pengembangan konsep diri setiap individu. Hal ini juga meliputi pengembangan proses individu pembangunan dan pengorganisasian dirinya sendiri. Model ini memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistis untuk membantu peserta didik membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingungannya.
4.   Model interaksi sosial menekankan pada hubungan personal dan sosial kemasyarakatan di antara peserta didik. Fokusnya pada peningkatan kemampuan peserta didik. untuk berhubungandengan orang lain, terlibat dalam proses-proses yang demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat.
5.   Model behavioral menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari peserta ddik sehingga konsisten dengan konsep dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus-respon, model behaviorial menekankan bahwa tugas-tugas harus diberikan dalam suatu rangkaian yang kecil, berurutan, dan mengandung perilaku tertentu.